Selasa, 22 Oktober 2013

Teori Kepemimpinan




Teori-teori kepemimpinan mencoba untuk menerangkan (1) fak­tor-faktor yang terlibat dalam pemunculan kepemimpinan dan (2) sifat dasar dari kepemimpinan.
Prof. Dr. Mar`at (1985) dalam bukunya, Pemimpin dan Kepemimpinan mengemukakan beberapa tentang teori kepemimpinan, yaitu (1) teori orang-orang terkemuka, (2) teori lingkunagan, (3) teori personal-situasional, (4) teori interaksi harapan, (5) teori humanistik, (6) teori pertukaran.
1.      Teori Orang-Orang Terkemuka
Menurut teori ini bahwa  kepemimpinan lahir berdasarkan warisan. Berikut kutipan Prof. dr. Mar`at yang dibahas dalam buku Pemimpin Dan Kepemimpinan:
Carlyle (dalam Mar`at 1985), dalam essay-nya tentang para pahlawan mengon­sepsikan pemimpin sebagai seorang individu yang memiliki bakat bawaan yang diperoleh dari keturunan yang khas. Dowd (dalam Mar`at 1985), menyatakan bahwa individu-individu dalam setiap masyarakat memiliki tingkatan yang berbeda dalam inteligensi, energi dan kekuatan moral, dan apa pun arah pengaruh yang ditimbulkan oleh massa, mereka selalu dipimpin oleh individu yang benar-benar superior. Jennings (dalam Mar`at 1985), mengajukan survey komprehensif dan analisis dari teori orang-orang terkemuka tentang kepemimpinan, “Jika pemimpin diberkati dengan kualitas superior yang membeda­kan dirinya dari pengikut, memungkinkan untuk mengidentifikasikan kualitas-kualitas tersebut.
2.      Teori Lingkungan
Teori ini memandang bahwa munculnya pemimpin besar adalah hasil dari waktu, tempat, dan situasi sesaat. Pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan, dan adaptasi.
3.      Teori Personal-Situasion
Para ahli teori 'orang-orang terkemuka' dan teori situasional berusaha menerangkan kepemimpinan sebagai efek dari kekuatan tunggal. Case (dalam Mar`at 1985), menyatakan bahwa kepemimpinan diha­silkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu:
(1)   Sifat kepribadian pemimpin;
(2)   Sifat dasar kelompok dan anggotanya; dan
(3)   Peristiwa (perubahan atau masalah) yang dihadapkan kepada kelompok.
Brown (dalam Mar`at 1985), mengajukan lima hukum dinamika medan kepemimpin­an, Pemimpin harus:
(1)   Memiliki karakter keanggotaan kelompok yang dipimpinnya;
(2)   Memiliki potensi yang tinggi di lapangan sosial;
(3)   Menyesuaikan diri dengan struktur medan yang ada;
(4)   Menyadari kecenderungan jangka panjang dalam struktur medan; dan
(5)   Mengakui/menerima bahwa dengan meningkatnya potensi harus diimbangi dengan kurangnya kemerdekaan dalam hal kepemim­pinan.
4.      Teori Interaksi Harapan
Menurut teori Heemphills (dalam Mar`at 1985), kepemimpinan muncul pada situasi tertentu di mana saling ketergantungan antara tugas-tugas kelompok masing-masing anggota menjadi cirinya. Struktur peranan kelompok ditentukan oleh harapan institusional dengan mempertim­hangkan dan memperhitungkan permulaan struktur dalam interaksi. Kemungkinan keberhasilan tindakan kepemimpinan merupakan fungsi dari persepsi anggota tentang kebebasan untuk menerima atau menolak struktur di dalam interaksi tersebut. Bila struktur tersebut akan membawa ke-pemecahan masalah, maka nilai dan kekuatan harapan anggota kelompok akan semakin sesuai dengan struktur: Jadi, tindakan kepemimpinan mengawali struktur dalam interaksi dan kepemimpinan merupakan tindakan memprakarsai struktur tersebut.
5.      Teori Humanistik
Secara alamiah manusia merupakan motivated organism. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi supaya individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya di dalam memenuhi kebu­tuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok.
Mc Gregor yang dikutip Mar`at (1985) menyusun dua postulat kepemimpinan organisasional, Teori X dan Teori Y. Pembentukan yang berdasarkan kepada asumsi bahwasanya manusia bersikap pasif dan menentang kebutuhan organisasional, ini mencoba mengarahkan dan memotivasi individu yang memiliki motivasi dan keinginan untuk bertanggung jawab, agar menciptakan kondisi organisasi yang memungkinkan terpenuhinya semua kebutuhan individu sambil mengarahkan usaha dalam mencapai tujuan organisasi.
Argyris (dalam Mar`at 1985), melihat adanya konflik yang mendasar antara organisasi dengan individu. Sifat dasar suatu organisasi memben­tuk peranan anggota dan mengontrol penampilannya dalam usaha mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan sifat dasar individu adalah mengarahkan diri sendiri dan mencari pemenuhan kebutuhan melalui inisiatif pelaksanaannya dan pertanggungjawabannya. Suatu organisasi dikatakan efektif bila kepemimpinannya menciptakan suatu arti di mana para pengikut dapat melaksanakan segala kewajibannya sebagai parana pengembangan diri dan ekspresi diri.
Likert (dalam Mar`at 1985), menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses yang saling berhubungan di mana seorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai, dan keterampilan indi­vidual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung. Artinya, pemimpin harus pula memperhatikan kepentingan para anggota, misalnya dengan cara melibatkan mereka dalam mengambil keputusan. Dengan cara demikian pemimpin telah membentuk suatu 'kelompok kepaduan' atau group cohesiveness dan memotivasi anggota agar lebih produktif.
6.      Teori Pertukaran
Berdasarkan asumsi bahwa interaksi sosial mengetengahkan bentuk pertukaran di mana diantara para anggota kelompok berlangsung proses saling memberi dan menerima. Kelanjutan interaksi terjadi karena para anggota mendapat­kan pertukaran yang berimbang. Artinya, apa yang dikeluarkan sebanding dengan apa yang diperoleh. Blau (dalam Mar`at 1985), menyatakan bahwa pengangkatan seorang anggota untuk mencmpati status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya, hal ini juga sangat bermanfaat bagi para anggota untuk bergaul dan berhubungan dengan pemimpin yang juga berstatus tinggi. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaannya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya. Dia baru akan memperoleh kem­bali kekuasaannya bila telah melakukan sesuatu yang berharga bagi kepentingan kelompoknya. Jadi, di sini terjadi pertukaran antara apa yang didapatkan oleh seorang anggota atau pemimpin dengan apa yang harus dilakukan atau diberikan bagi kepentingan kelompok.
Veithzal Rivai dkk. (2009), mengklarifikasikan teori kepemimpinan sebagai berikut:
1.      Teori Sifat
Teori sifat ini berpendapat bahwa seorang pemimpin itu dikenal melalui sifat-sifat pribadinya. Seorang pemimpin pada umumnya akan ditentukan oleh sifat-sifat jasmaniah dan rohaniahnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui kaitan antara keberhasilan seorang pemimpin dengan sifat-sifatnya. Pendekatan yang paling umum terhadap studi kepemimpinan terpusat pada sifat-sifat kepemimpinannya.
2.      Teori Prilaku
Teori ini menekankan kepada analisis perilaku pemimpin, mengidentifikasi elemen-elemen kepemimpinan yang dapat dikaji, dipelajari, dan dilaksanakan. Pada umumnya kepemimpinan itu dapat dipandang sebagai suatu proses, melalui orang lain yang dipengaaruhi oleh pemimpin tersebut mencapai tujuan organisasi.
Dengan demikian, elemen kepemimpinan itu adalah: (1) perilaku; (2) perilaku pengikut (3) situasi lingkungan. Meskipun ada kemungkinan jarak yang cukup lebar mengenai perilaku pemimpin, namun ada dua polarisasi pemikiran pemimpin dapat memutuskan apa yang dikerjakan dan apa yang dikatakan kepada pengikutnya, bagaimana melaksanakannya atau pemimpin mengizinkan pengikutnya melaksanakan secara bebas dalam batas-batas yang ditetapkannya.
Dari kedua asumsi dasar ini dapat terjadi beberapa kombinasi perilaku kepemimpinan, yaitu antara perilaku yang berorientasi kepada tugas dan perilaku yang berorientasi kepada orang.
3.      Teori Tigadimensi
Teori ini dikemukakan oleh WJ. Reddin. Ia mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan itu memiliki tiga pola dasar berikut: berorientasi kepada tugas, berorientasi kepada hubungan kerja, berorientasi kepada hasil atau efektivitas. Berdasarkan ketiga pola tersebut menghasilkan lima gaya kepemimpinan, yaitu birokrat, kompromi, minoritas, otokrat, develover,  eksekutif.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya.

Popular Posts

Categories

Our Partners