Teori-teori kepemimpinan
mencoba untuk menerangkan (1) faktor-faktor yang terlibat dalam pemunculan kepemimpinan
dan (2) sifat dasar dari kepemimpinan.
Prof. Dr. Mar`at (1985) dalam
bukunya, Pemimpin dan Kepemimpinan
mengemukakan beberapa tentang teori kepemimpinan, yaitu (1) teori orang-orang
terkemuka, (2) teori lingkunagan, (3) teori personal-situasional, (4) teori
interaksi harapan, (5) teori humanistik, (6) teori pertukaran.
1.
Teori
Orang-Orang Terkemuka
Menurut teori ini bahwa kepemimpinan lahir berdasarkan warisan. Berikut
kutipan Prof.
dr. Mar`at yang dibahas dalam buku Pemimpin Dan Kepemimpinan:
Carlyle
(dalam Mar`at 1985), dalam essay-nya tentang para pahlawan mengonsepsikan
pemimpin sebagai seorang individu yang memiliki bakat bawaan yang diperoleh
dari keturunan yang khas. Dowd (dalam Mar`at 1985), menyatakan bahwa individu-individu dalam setiap
masyarakat memiliki tingkatan yang berbeda dalam inteligensi, energi dan
kekuatan moral, dan apa pun arah pengaruh yang ditimbulkan oleh massa, mereka
selalu dipimpin oleh individu yang benar-benar superior. Jennings (dalam
Mar`at 1985), mengajukan survey
komprehensif dan analisis dari teori orang-orang terkemuka tentang kepemimpinan, “Jika pemimpin diberkati
dengan kualitas superior yang membedakan dirinya dari pengikut, memungkinkan
untuk mengidentifikasikan kualitas-kualitas
tersebut.”
2. Teori Lingkungan
Teori
ini memandang bahwa munculnya pemimpin besar adalah hasil dari waktu, tempat,
dan situasi sesaat. Pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang
memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan,
dan adaptasi.
3. Teori Personal-Situasion
Para
ahli teori 'orang-orang terkemuka' dan teori situasional berusaha
menerangkan kepemimpinan sebagai efek dari kekuatan tunggal. Case (dalam Mar`at 1985), menyatakan
bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu:
(1) Sifat kepribadian pemimpin;
(2) Sifat dasar kelompok dan anggotanya; dan
(3) Peristiwa (perubahan atau masalah) yang
dihadapkan kepada kelompok.
Brown
(dalam
Mar`at 1985), mengajukan lima hukum dinamika medan kepemimpinan, Pemimpin harus:
(1) Memiliki karakter keanggotaan kelompok yang
dipimpinnya;
(2) Memiliki potensi yang tinggi di lapangan
sosial;
(3) Menyesuaikan diri dengan struktur medan yang
ada;
(4) Menyadari kecenderungan jangka panjang dalam
struktur medan; dan
(5) Mengakui/menerima bahwa dengan meningkatnya potensi
harus diimbangi dengan kurangnya kemerdekaan dalam hal kepemimpinan.
4. Teori Interaksi Harapan
Menurut teori Heemphills (dalam
Mar`at 1985), kepemimpinan muncul pada situasi tertentu di mana saling
ketergantungan antara tugas-tugas kelompok masing-masing anggota menjadi
cirinya. Struktur peranan kelompok ditentukan oleh harapan institusional dengan
mempertimhangkan dan memperhitungkan permulaan struktur dalam interaksi.
Kemungkinan keberhasilan tindakan kepemimpinan merupakan fungsi dari persepsi anggota tentang kebebasan untuk
menerima atau menolak struktur di dalam interaksi tersebut. Bila struktur
tersebut akan membawa ke-pemecahan masalah, maka nilai dan kekuatan harapan
anggota kelompok akan semakin sesuai dengan struktur: Jadi, tindakan kepemimpinan mengawali struktur
dalam interaksi dan kepemimpinan merupakan tindakan memprakarsai struktur
tersebut.
5. Teori Humanistik
Secara alamiah manusia merupakan motivated
organism. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi
dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi supaya individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya di
dalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah
tujuan kelompok.
Mc Gregor
yang
dikutip Mar`at (1985) menyusun dua postulat kepemimpinan
organisasional, Teori X dan Teori Y. Pembentukan yang berdasarkan kepada asumsi
bahwasanya manusia bersikap pasif dan menentang kebutuhan organisasional, ini mencoba mengarahkan dan memotivasi
individu yang memiliki motivasi dan keinginan untuk bertanggung jawab, agar
menciptakan kondisi organisasi yang memungkinkan terpenuhinya semua kebutuhan
individu sambil mengarahkan usaha dalam mencapai tujuan organisasi.
Argyris (dalam Mar`at 1985), melihat
adanya konflik yang mendasar antara organisasi dengan individu. Sifat dasar
suatu organisasi membentuk peranan anggota dan mengontrol penampilannya dalam
usaha mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan sifat dasar individu adalah
mengarahkan diri sendiri dan mencari pemenuhan kebutuhan melalui inisiatif
pelaksanaannya dan pertanggungjawabannya. Suatu organisasi dikatakan efektif
bila kepemimpinannya menciptakan suatu arti di mana para pengikut dapat
melaksanakan segala kewajibannya sebagai parana pengembangan diri dan ekspresi
diri.
Likert (dalam Mar`at 1985), menyatakan
bahwa kepemimpinan merupakan suatu
proses yang saling berhubungan di mana seorang pemimpin harus memperhitungkan
harapan-harapan, nilai-nilai, dan keterampilan individual dari mereka yang
terlibat dalam interaksi yang berlangsung. Artinya, pemimpin harus pula
memperhatikan kepentingan para anggota, misalnya dengan cara melibatkan mereka
dalam mengambil keputusan. Dengan cara demikian pemimpin telah membentuk suatu
'kelompok kepaduan' atau group cohesiveness dan memotivasi anggota agar
lebih produktif.
6. Teori Pertukaran
Berdasarkan asumsi bahwa interaksi sosial
mengetengahkan bentuk pertukaran di mana diantara para anggota kelompok berlangsung proses saling
memberi dan menerima. Kelanjutan interaksi terjadi karena para anggota mendapatkan
pertukaran yang berimbang. Artinya, apa yang dikeluarkan sebanding dengan apa
yang diperoleh. Blau (dalam Mar`at 1985), menyatakan
bahwa pengangkatan seorang anggota untuk mencmpati status yang cukup tinggi
merupakan manfaat yang besar bagi dirinya, hal ini juga sangat bermanfaat bagi
para anggota untuk bergaul dan berhubungan dengan pemimpin yang juga berstatus
tinggi. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaannya bila para anggota tidak
lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya. Dia baru akan memperoleh
kembali kekuasaannya bila telah melakukan sesuatu yang berharga bagi
kepentingan kelompoknya. Jadi, di sini terjadi pertukaran antara apa yang
didapatkan oleh seorang anggota atau pemimpin dengan apa yang harus dilakukan
atau diberikan bagi kepentingan kelompok.
Veithzal Rivai dkk. (2009), mengklarifikasikan teori
kepemimpinan sebagai berikut:
1.
Teori Sifat
Teori sifat ini berpendapat bahwa seorang
pemimpin itu dikenal melalui sifat-sifat pribadinya.
Seorang pemimpin pada umumnya akan ditentukan oleh sifat-sifat jasmaniah dan rohaniahnya. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengetahui kaitan antara keberhasilan seorang
pemimpin dengan sifat-sifatnya. Pendekatan yang paling umum terhadap studi kepemimpinan terpusat pada sifat-sifat
kepemimpinannya.
2.
Teori Prilaku
Teori ini menekankan kepada analisis perilaku
pemimpin, mengidentifikasi elemen-elemen kepemimpinan
yang dapat dikaji, dipelajari, dan dilaksanakan. Pada umumnya kepemimpinan itu dapat dipandang sebagai suatu
proses, melalui orang lain yang dipengaaruhi oleh
pemimpin tersebut mencapai tujuan organisasi.
Dengan demikian, elemen kepemimpinan itu
adalah: (1) perilaku; (2) perilaku pengikut (3)
situasi lingkungan. Meskipun ada kemungkinan jarak yang cukup lebar mengenai perilaku pemimpin, namun ada dua polarisasi
pemikiran pemimpin dapat memutuskan apa yang dikerjakan
dan apa yang dikatakan kepada pengikutnya, bagaimana melaksanakannya atau pemimpin mengizinkan pengikutnya melaksanakan
secara bebas dalam batas-batas yang ditetapkannya.
Dari kedua asumsi dasar
ini dapat terjadi beberapa kombinasi perilaku kepemimpinan, yaitu antara
perilaku yang berorientasi kepada tugas dan perilaku yang berorientasi kepada
orang.
3.
Teori Tigadimensi
Teori ini dikemukakan oleh WJ. Reddin. Ia
mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan itu
memiliki tiga pola dasar berikut: berorientasi kepada tugas, berorientasi
kepada hubungan
kerja, berorientasi kepada hasil atau efektivitas. Berdasarkan ketiga pola
tersebut menghasilkan lima gaya kepemimpinan, yaitu
birokrat, kompromi, minoritas, otokrat, develover, eksekutif.
Dari adanya berbagai teori
kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan
sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya.