Minggu, 15 Januari 2012

TEORI PERKEMBANGAN MASYARAKAT


BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                                              
Kecenderungan terjadinya perkembangan sosial merupakan gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perkembangan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia dan antarmasyarakat. Perkembangan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsure-unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis.
Beberapa pakar yang peduli terhadap kehidupan masyarakat memandang perubahan dan perkembangan masyarakat dari berbagai sudut pandang. Kepedulian mereka nampak dalam teori-teori yang mereka kemukakan. Mereka memiliki cara pandang yang berbeda dalam memahami perubahan masyarakat itu, maka tak heran jika teori-teori yang mereka kemukakan yang satu sama lainnya ada perbedaan-perbedaan yang mendasar. Demikian juga dalam penyusunan makalah ini, yang akan membahas tentang “Teori-Teori Perkembangan Masyarakat” dari yang dikemukakan oleh para pakar terkemuka akan memberikan pandangan-pandangan yang berbeda.




BAB II
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MASYARAKAT

A.    POSITIVISME (COMTE)
Menurut Comte ada dua tenaga penggerak dan dan pengerem gerak sosial, yaitu:
1.      Bakat bangsa (faktor biologis) dan lingkungan alam (faktor geografis)
2.      Berupa concours, yaitu pembagian kerja antara kelompok dan kerja sama yang makin kuat apabila terjadi proses pemadatan penduduk atau peningkatan kebutuhan.
Comte juga mengemukakan bahwa tata sosial (ordre social) itu bersandar pada tata intelektual (ordre intellectual). Sedangkan cara berpikir manusia menurut comte adalah melalui tiga tahapan, yaitu:
1.      Tahapan Teologis
2.      Tahapan Metafisis
3.      Tahapan Positif
Gagasan lain yang dikemukakan Comte adalah pembagian kajian masyarakat kedalam social static dan social dynamic. Sosial static merujuk pada aspek-aspek sosial yang harus selaras dengan tatanan dan stabilitas sosial yang memungkinkan masyarakat berada dalam kebersamaan. Dengan kata lain, sosial statik adalah kajian tentang dasar-dasar masyarakat manusia.
Sementara sosial dinamik merujuk pada aspek-aspek kehidupan sosial yang sejalan dengan perubahan sosial dan membentuk pola-pola perkambangan kelembagaan. Sosial dinamik ini menitik beratkan kajiannya pada ajaran tentang proses gerak sosial. Contohnya adalah tentang bagaimana pengarauh masuknya internet pada suatu desa terhadap prilaku dan gaya hidup warga desa tersebut.
Teori positivism yang dikemukakan oleh Comte itu pada intinya memandang gejala alam dan sosial berdasarkan hokum ilmiah.

B.     DETERMINISME SOSIAL (CHARLES DARWIN)
Darwin mengemukakan bahwa semua mahluk hidup dari waktu kewaktu secara berkesinambungan akan mengalami perkembangan. Setiap perubahan yang terjadi pada morfologi, fisiologi, dan prilaku mahluk hidup sebagai respon dari perubahan alam lingkungannya. Perjuangan hidup (struggle for life) pada mahluk hidup merupakan bagian yang penting sebelum terjadinya seleksi alam.
Faham ini beranggapan bahwa semua kehidupan dan aktivitas manusia dipengaruhi dan tergantung pada pemberian alam di sekitarnya. Manusia cendrung pasif dalam menghadapi tantangan alam. Respon terhadap alam hanya berupa menerima apa adanya. Dengan kata lain manusia tidak dapat menentukan hidupnya sendiri. Jadi, variasi atau perkembangan manusia menurut faham ini bukan dari suatu perubahan yang terjadi di dalam organisasi.

C.    BIOLOGISME (HERBER SPENCER)
Dasar pemikiran Spenser adalah adanya penemuan di bidang biologi, yaitu ditemukannya sel telur dan adanya fungsi secara fisiologis. Masyarakat manusia bagi Spenser merupakan suatu organisme yang memiliki dua hal, yaitu pertumbuhan dan struktur.
Pertumbuhan dalam organisme menunjukan fakta evolusi pada organisme tertentu didampingi oleh gejala-gejala pertambahan jumlah sel dan peningkatan spesialisasi intern. Pada manusia juaga terdapat kelompok yang membentuk suku, kemudian akan membentuk bangsa atau nasion.
Mengenai struktur, jika pada suatu sel didapatkan extoderm (lapisan luar yang dipengaruhi oleh lingkungan) dan entoderm (lapisan dalam yang mengolah bahan-bahan menjadi asimilasi), maka pada masyarakat manusia pun demikian. Lapisan luar pada masyarakat manusia adalah kaum militer yang memegang pemerintahan dan mengadakan hubungan keluar. Sedangkan lapisan dalam masyarakat manusia adalah kaum wanita dan para budak yang bertugas mengolah bahan-bahan dan mengusahakan bahan pangan dan sandang.
Kemudian diantara extoderm dan entoderm terdapat lapisan mesoderm yang bertugas membagi-bagikan getah-getah atau darah kepada bagian tubuh. Sedangkan yang menjadi mesoderm dalam masyarakat manusia adalah lapisan masyarakat yang menyelenggarakan perniagaan dan lalulintas serta transportasi.
Spenser telah mengelaborasi ide biologisme secara terperinci daripada orang lain. Pada intinya ia menekankan tiga kecendrungan perkembangan bersama pada masyarakat manusia dan organisme, yaitu:
1.      Pertumbuhan ukuran
2.      Meningkatnya kompleksitas struktur
3.      Diferensiasi fungsi

D.    TEORI RASISTIS (GOBINEAU, LAPOUGE)
Teori rasistis ini didasarkan atas berbagai kualitas individu untuk menerangkan berbagai peristiwa sosial. Susunan ras dapat menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam cara hidup, tabiat, peradaban dan pandangan dunia.
Gobineau berpendapat bahwa kemurnian ras menjamin perkembangan peraddaban yang sehat, sedangkan menurut Chamberlain, percampuran memiliki akibat-akibat yang menguntungkan. Sementara Lapouge memiliki faham yang bercorak darwinistis, menurutnya yang penting itu bukanlah seleksi alam tetapi yang sosial karena dapat mengubah susunan ras dalam penduduk dengan akibat-akibat yang baik maupun jelek. Gejala sosial yang yang menjadi sumber seleksi sosial adalah perang, politik, agama, moral, hukum, ekonomi, dan migrasi dari pedesaaan ke kota-kota.
Ammon menstudi khusus migrasi penduduk ke perkotaan dengan mengemukakan bahwa mobilitas fisik akan mengakibatkan mobilitas sosial mengalami perubahan status sosial, sehingga berbagai generasi akan mengalami peningkatan atau pemerosotan status sosial dalam kehidupan masyarakat.
Teori-teori ras umumnya bersifat kabur dan dasar sebenarna juga lemah. Ajaran rasistis tidak bebas dari berbagai prasangka yang emosional, sehingga tidak dapat bekerja secara objektif.

E.     TEORI DEMOGRAFIS (ADOLPHE COSTE)
Teori demografis ini memahami kenyataan biologis sebagai pangkal untuk menerangkan perkembangan masyarakat. Maksud dari kenyataan biologis ini adalah kesuburan alami para individu.
Menurut Adolphe Coste, evolusi sosial itu ditentukan oleh perkembangan dan kepadatan penduduk. Proses pemadatan penduduk mendorong terjadinya spesialisasi, penukaran pengalaman, akumulasi pengetahuan.
Sementara perkembangan fakta-fakta sosial yang meliputi pemerintahan, produksi, keagamaan dan hubungan sosial dalam perkembangannya melewati lima tahapan berikut:
1.      Kehidupan di pedesaan.
2.      Masyarakat kota kecil.
3.      Masyarakat kota besar dengan pemerintahan yang diperinci atas kekuasaan militer dan kekuasaan rakyat.
4.      Masyarakat metropolis, pemerintahannya atas tiga badan: militer, administrative dan pembuat undang-undang.
5.      Masyarakat di pusat yang federatif, ini terdiri atas penggabungan metropolis-metropolis. Pemerintahannya terdiri dari militer, eksekutif, legislative dan yudikatif.

F.     TEORI EKONOMIS (VEBLEN, DURKHEIM, MARX)
Teori ekonomis menjelaskan bahwa perkembangan sosio-kultur tergantung dari syarat-syarat sosil-ekonomi dan ekonomis-tehnis. Faktor tehnik ini lebih ditekankan oleh Thorstein Veblen, sedangkan Emile Dhurheim lebih menekankan pada pembagian dalam kerja.
Sementara itu, Marx berpendapat bahwa segala perkembangan sejarah sosial tergantung dari perkembangan organisasi ekonomi. Marx ini berpendapat bahwa manusia itu mampu mempengaruhi dan merubah arah yang telah ditentukan oleh evolusi ekonomi. Ajaran Marx ini bercorak determinisme ekonomis.

G.    TEORI GEOGRAFIS (RITTER, RATZEL, DLL)
Menurut teori ini peristiwa-peristiwa sosial dapat diterangkan melalui kerjanya atau pengaruh lingkungan geografis yang sifatnya deterministis. Seperti pada kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi kesuburan daerah. Le Play mengatakan bahwa bentuk keluarga, pendidikannya serta tata kerjanya ditentukan oleh lingkungan almnya. Karena itulah penelitian sosial harus dimulai dengan menelaah lingkungan geografis.




BAB III
KESIMPULAN

Dari penelaahan teori-teori perkembangan masyarakat yang dikemukakan oleh para tokoh, ternyata teori yang satu dengan yang lainnya memang ada perbedaan yang mendasar. Hal ini dikarenakan sudut pandang mereka terhadap dunia dan kehidupan ini berbeda-beda. Selain itu, teori yang dikemukakan para tokoh tersebut tidak terlepas dari subjektivitas dan terbatasnya pengalaman mereka.
Pada akhirnya, perkembangan masyarakat itu jika dipandang dari sudut pandang yang berbeda-beda hasilnya tidaklah begitu jelas. Teori yang satu adakalanya bertalian dengan teori yang lainnya. Sementara itu teori-teori yang lainnya begitu jelas memandang perbedaan dari teori yang dikemukakannya.






Popular Posts

Categories

Our Partners